Industri Otomotif Perlu Kolaborasi untuk Hasilkan Produk Terbaik

0
389
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Karawang, www.geoenergi.co.id – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta kepada para pelaku industri otomotif di Indonesia agar tidak hanya saling berkompetisi di tengah persaingan pasar bebas, tetapi juga perlu berkolaborasi menciptakan produk yang diminati masyarakat saat ini serta meningkatkan perekonomian nasional.

Hal tersebut disampaikan Airlangga pada Peluncuran Daihatsu Sigra dan Toyota Calya di PT Astra Daihatsu Motor Karawang Plant, Karawang, Jawa Barat, Selasa (2/8). “Kami memberikan apresiasi kepada PT Astra Daihatsu Motor dan PT Toyota Astra Motor atas pencapaian produk kolaborasi yang diperkenalkan hari ini,” ujarnya.

Menperin juga menegaskan, kolaborasi ini terus diarahkan untuk melakukan kegiatan bersama pada proses penelitian dan pengembangan dalam membuat produk kendaraan yang berkualitas dan unggul. “Kami harapkan ke depannya semakin banyak diproduksi kendaraan-kendaraan global untuk bisa memasuki pasar ekspor,” tuturnya.

Di samping itu, kolaborasi juga digiring untuk membangun sinergi dengan para pelaku industri komponen dalam negeri sehingga akan meningkatkan kemandirian industri otomotif nasional, terutama di bidang teknologi engine, transmisi dan axle.

“Kami juga mengajak seluruh produsen otomotif bersama mitra usahanya untuk berkomitmen terus-menerus berinvestasi di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi industri kendaraan bermotor serta komponennya di ASEAN bahkan di dunia,” paparnya.

Hingga saat ini, menurut Airlangga, industri kendaraan bermotor dalam negeri semakin berkembang dan terus mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.“Hal tersebut tercermin dari angka penjualan maupun produksi, dimana penjualan kendaraan bermotor roda empat pada tahun 2015 sebanyak 1,1 juta unit. Pemerintah optimis angka penjualan ini akan terus meningkat sesuai dengan peningkatan ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

Terkait peluncuran Daihatsu Sigra dan Toyota Calya, dua produk model terbaru hasil kolaborasi ini merupakan kelanjutan dari program Low Cost Green Car (LCGC) atau disebut Kendaraan Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2). Program ini menjadi model generasi kedua, yaitu kendaraan dengan tujuh penumpang, yang akan diminati dan dinanti-nanti oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman Maman Rusdi mengatakan, kolaborasi tersebut merupakan tonggak penting perkembangan industri otomotif nasional, karena Calya dan Sigra dirancang khusus sesuai karakteristik kebutuhan masyarakat Indonesia. “Calya dan Sigra tidak hanya untuk pasar domestik, tetapi juga akan ke manca negara terutama ke negara tetangga kita, ASEAN,” ujarnya.

Sudirman menambahkan, investasi untuk program ini sebesar Rp 2.4 triliun dengan kapasitas produksi sebanyak 200.000 unit per tahun. Pengembangan produk ini melibatkan 178 pemasok lokal untuk komponen tingkat pertama dan 890 pemasok lokal untuk komponen tingkat kedua. “Tingkat kandungan dalam negerinya sebesar 94 persen serta tenaga kerja yang terserap mencapai 600.000 orang,” tuturnya.

Sementara itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan menyampaikan, program KBH2 pada tahap pertama telah mendatangkan komitmen investasi senilai USD 3.0 miliar dari industri otomotif dan senilai USD 3.5 miliar dari sekitar 100 industri komponen otomotif baru.

Capaian tersebut juga mendorong penciptaan lapangan tenaga kerja baru yang langsung di sektor manufakturing sebanyak 30.000 orang. “Sedangkan, penciptaan lapangan tenaga kerja baru di sektor distribusi mobil dan komponen, dealer dan pemasaran, workshop dan aftersales service diperkirakan mencapai 40.000 orang,” ungkapnya.

Peningkatan komponen lokal

Pada kesempatan tersebut, Menteri Airlangga mengimbau kepada produsen otomotif agar secara terus-menerus menjaga bahkan meningkatkan kualitas serta menepati jadwal komitmen manufaktur dan mengutamakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang telah diprogramkan.

“Ke depannya, diharapkan juga untuk pengembangan program sejenis, industri-industri otomotif kita semakin mengajak serta industri kecil dan menengah (IKM) yang kita miliki seperti IKM logam, karet, plastik dan kulit sebagai pendukung industri otomotif,” tuturnya. Hal ini sejalan dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang menyatakan pengembangan industri otomotif sebagai salah satu dari 10 industri prioritas andalan.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia bertekad untuk menjaga, meningkatkan dan menyempurnakan iklim usaha yang kondusif sehingga para investor memiliki kepastian berusaha yang lebih baik dalam menyusun pengembangan industrinya secara lebih terukur dan terencana.

“Kami yakin melalui berbagai paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan oleh Pemerintah akan semakin meningkatkan iklim usaha yang ada, dan pada akhirnya akan semakin meningkatkan kepercayaan investor untuk masuk ke Indonesia,” tegasnya. (Pam)

LEAVE A REPLY