DPR: Pertamina Bebani Rakyat, Raup Untung Jualan BBM Subsidi 8,3 Triliun

0
324
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Keuntungan PT Pertamina (Persero) dari penjualan BBM subsidi yang mencapai Rp 8,3 triliun di semester I lalu dinilai terlalu besar. Kondisi ini menunjukkan bahwa BUMN ini justru membebani masyarakat dengan harga BBM yang mahal. Padahal dengan harga minyak mentah (ICP) yang lebih rendah, Pertamina dapat menjual BBM lebih murah.

“Kami malah tahunya dari media soal keuntungan Pertamina yang besar dari jualan BBM subsidi ini. Komisi VII belum pernah diberikan Laporan Keuangan Pertamina. Tetapi dari harga BBM yang berlaku, memang rasanya pertamina untung besar karena jual harga jauh di atas harga keekonomiannya,” jelas Ketua Komisi VII DPR, Gus Irawan Pasaribu saat berbincang dengan wartawan, Senin (26/9/2016).

Gus Irawan Pasaribu (foto: istimewa)
Gus Irawan Pasaribu (foto: istimewa)

Menurut Gus Irawan Pasaribu menambahkan, seharusnya sebagai BUMN, Pertamina dapat mengoptimalkan keuntungannya dari bisnis non BBM subsidi. Misalnya, dari sektor hulu migas yang memang menjadi wilayah kerja utama Pertamina.

“Situasi ekonomi yang sulit ini, janganlah justru Pertamina membebani rakyat,” tegas Gus Irawan, wakil rakyat dari Partai Gerindra ini.

Berdasarkan laporan keuangan Pertamina semester I 2016 terungkap bahwa Pertamina meraih untung hingga US$ 755 juta dari pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) dan penugasan (kerosene, LPG 3 kg, solar dan premium non Jamali).

Rinciannya, keuntungan dari penjualan BBM PSO dan penugasan mencapai USD 637 juta atau sekitar Rp 8,3 triliun dan dari LPG 3 kg sebesar USD 117 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Dalam penjelasannya, Pertamina menyatakan bahwa laba usaha BBM PSO 449,9 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama 2015. Tingginya kenaikan laba ini disebabkan oleh rendahnya biaya produk sejalan dengan penurunan harga MOPS (Mid Oils Platts Singapore) dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang merupakan komponen pembentuk biaya produk.

Realisasi ICP di semester I-2016 hanya USD 36,16 per barel, jauh dibawah RKAP Pertamina sebesar USD 50 per barel. Maka dengan modal harga minyak yang rendah dan menjual BBM dan LPG subsidi di harga tinggi, Pertamina mampu mengantongi EBITDA sebesar USD 4,1 miliar, dengan EBITDA margin 23,9 persen atau 128 persen dari RKAP yang dirancang perusahaan. Sementara laba bersihnya mencapai USD 1,83 miliar, 113 persen lebih tinggi dari RKAP perseroan.

LEAVE A REPLY