BPK: BBM Harus Turun, Pertamina Untung Besar dari Jualan Premium dan Solar

0
382
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Achsanul Kosasih memandang dengan kondisi harga minyak dunia yang masih terus turun, masih memungkinkan PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM. Dengan harga minyak dunia yang rendah, seharusnya ini bisa menjadi pertimbangan Pertamina untuk menekan lagi harga BBM, agar juga bisa mendorong ekonomi masyarakat.

“Ya memang dengan harga minyak yang turun ini, memang di satu sisi, Pertamina sangat diuntungkan ya. Apalagi kan untungnya juga dia besar. Seharusnya masih bisa turun lagi itu, untuk BBM-nya. Agar masyarakat bisa turut menikmati,” tegas Achsanul.

Berdasarkan laporan keuangan Pertamina di semester I, keuntungan PT Pertamina (Persero) dari jualan BBM subsidi mencapai Rp 8,3 triliun. Hal itu dinilai sangat besar untuk kondisi harga minyak dunia yang masih fluktuatif bahkan cenderung rendah.

Maka dari itu, Achsanul mengungkapkan secara tegas, tidak sepantasnya Pertamina menangguk untung besar dari jualan BBM subsidi sehingga rakyat banyak menjadi korban.

Sebelumnya dalam laporan keuangan di semester I 2016 terungkap bahwa Pertamina meraih untung hingga US$ 755 juta dari pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) dan penugasan (kerosene, LPG 3 kg, solar dan premium non Jamali).

Rinciannya, keuntungan dari penjualan BBM PSO dan penugasan mencapai USD 637 juta atau sekitar Rp 8,3 triliun dan dari LPG 3 kg sebesar USD 117 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Dalam penjelasannya, Pertamina menyatakan bahwa laba usaha BBM PSO 449,9 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama 2015. Tingginya kenaikan laba ini disebabkan oleh rendahnya biaya produk sejalan dengan penurunan harga MOPS (Mid Oils Platts Singapore) dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang merupakan komponen pembentuk biaya produk.

Realisasi ICP di semester I-2016 hanya USD 36,16 per barel, jauh dibawah RKAP Pertamina sebesar USD 50 per barel. Maka dengan modal harga minyak yang rendah dan menjual BBM dan LPG subsidi di harga tinggi, Pertamina mampu mengantongi EBITDA sebesar USD 4,1 miliar, dengan EBITDA margin 23,9 persen atau 128 persen dari RKAP yang dirancang perusahaan. Sementara laba bersihnya mencapai USD 1,83 miliar, 113 persen lebih tinggi dari RKAP perseroan. (Pam)

LEAVE A REPLY