Daur Ulang Oli dan Minyak Bekas Jadi Bahan Bakar Pertama di Kalimantan

0
470
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Balikpapan, www.geoenergi.co.id – Pemerintah tengah berupaya untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya energi lainnya, sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM), agar pemakaiannya dapat ditekan dan tetap menjaga aspek kelestarian alam. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Unggul Priyanto mengatakan bahwa permasalahan energi dan lingkungan selalu menjadi perhatian publik, karena pemanfaatan energi hampir pasti selalu melibatkan persoalan atau dampak terhadap lingkungan.

Kepala BPPT dalam acara Peresmian Demo Plant Pabrik Pabrik Daur Ulang Oli/Minyak Bekas Menjadi Bahan Bakar di Balikpapan, Kalimantan Timur menuturkan bahwa pihaknya terus melakukan kaji terap teknologi energi yang juga memerhatikan aspek lingkungan.

Oli atau minyak bekas selama ini dianggap sebagai limbah, yang justru mencemari lingkungan. Padahal kata Unggul, dengan teknologi, oli dan minyak bekas dapat dijadikan bahan bakar.

“Upaya ini merupakan bagian dari solusi teknologi bahan bakar dari sumber lainnya yaitu limbah minyak/pelumas, sekaligus berkontribusi mengurangi potensi pencemaran lingkungan,aur Ulang Oli/Minyak Bekas Menjadi Bahan Bakar, adalah realisasi kerjasama bilateral antara pihak Jepang, yang diwakili oleh NEDO, dengan pihak Indonesia yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),” ungkap Unggul di Balikpapan, Kaltim, (12/10).

Produk dari demo plant ini disebut Unggul antara lain minyak diesel (produk utama), heavy oil, dan concrete releasing agent. “Kelebihan demo plant ini dibandingkan dengan plant sejenis yang telah ada di Indonesia adalah mampu mengolah minyak pelumas bekas dari transformator menjadi produk yang bernilai tinggi, yaitu concrete releasing agent,” paparnya.

BPPT dalam pengolahan limbah pelumas menjadi energi ini berperan untuk melakukan upgrading produk dari heavy oil menjadi minyak diesel dan MFO. Selain itu tambahnya, BPPT melakukan pengujian kualitas bahan baku serta pengujian produk serta mengupayakan transfer teknologi, agar demo plant sejenis ini dapat dikembangkan dan dibangun di daerah lain di Indonesia.

“Semoga kerja sama ini bisa terus dikembangkan untuk memverifikasi kelayakan model bisnis dalam rangka memberikan kontribusi terhadap realisasi pengurangan pencemaran lingkungan dan meningkatkan tingkat daur ulang minyak atau pelumas bekas di Indonesia,” tutup Unggul. (Pam)

LEAVE A REPLY