Kulit Durian Atasi Tumpahan Minyak di Lepas Pantai

0
2079
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Siapa sangka kulit durian yang sudah dianggap sampah, masih bisa dimanfaatkan. Hal ini sudah dibuktikan oleh Pertamina. Kulit durian dipakai untuk menanggulangi kasus-kasus tumpahan minyak (oil spill) dalam suatu kegiatan operasi migas. Temuan dari para karyawan Pertamina ini menjadi inovasi dalam teknologi mengatasi tumpahan minyak dan sudah diaplikasikan untuk mengatasi persoalan tumpahan minyak di Terminal BBM (TBBM) Manggis di Karangasem, Bali.

Temuan ini didasari dari belum efisiennya penanggulangan tumpahan minyak di TBBM Manggis, TIM GKM Belah Duren dari Marine Region V – Shipping, Direktorat Pemasaran Pertamina berinisiatif melakukan inovasi substitusi peralatan LLP (Lindungan Lingkungan Perairan) existing yang biasanya menggunakan sorbent pillow yang diganti dengan kulit durian.

Hasilnya ternyata lebih efisien dan memiliki kemampuan serap (absorbent) cemaran minyak yang lebih kuat dari pada peralatan existing. Kemampuan menyerap minyak dari inovasi yang dinamakan Kuldur (kulit durian) ini lebih efektif sampai 163%, sementara sorbent pillow buatan pabrik hanya 157%. “Absorbent buatan pabrik ini enggak bisa lengket menyerap minyak, enggak seefektif Kuldur buatan kami,” terang Chairul Danny, Ketua Tim GKM Belah Duren di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dari inovasi itu, Tim GKM Belah Duren berhasil menyabet penghargaan The Best Functional Team Improvement pada Annual Pertamina Quality (APQ) Awards 2015.

Dijelaskan Irwan Dwi Aprianto, salah satu anggota Tim GKM Belah Duren, pemilihan kulit durian sebagai bahan substitusi penyerap tumpahan minyak karena kulit durian memiliki kandungan pectin yang lebih banyak dari pada beberapa pilihan lain yang diteliti, seperti kulit pisang, kulit jeruk, kulit mangga, maupun serbuk kayu.

“Apalagi di sekitar lokasi kami, memang banyak kulit durian yang tidak terpakai. Setelah melalui riset dan studi literatur bekerjasama dengan ITS, kami temukan di kulit durian itu mengandung zat pectin, yang bisa menyerap minyak, dan kami sudah coba untuk minyak jenis MFO dan MDO,” papar Irwan.

Mengandung pectin sebanyak 2,56%, kulit durian mampu melebihi kandungan pectin kulit pisang yang sebanyak 1,09%, kulit jeruk sebanyak 0,8%, dan kulit mangga sebesar 1,7%. Pectin merupakan kandungan yang berfungsi mengikat dan menggumpalkan minyak bersama kandungan selulosa yang sangat berpengaruh terhadap daya serap dan daya ikat suatu material.

Tak hanya bisa menyerap minyak yang tertumpah di perairan, Kuldur juga mampu menyerap minyak yang tertumpah di tanah, kendati daya serapnya masih menyisakan sisa kalau di tanah dibanding di air yang bisa langsung terserap semua.

Tim GKM Belah Duren membuat Kuldur dari kulit durian yang diproses sampai berbentuk seperti keset sehingga bisa lebih efektif untuk diletakkan pada area tercemar minyak dan menyerapnya seketika. Dari hasil penelitian efektivitas pemakaian Kuldur bisa sampai dua kali pemakaian.

Tak hanya secara kuota penyerapan lebih baik, Kuldur juga dapat menekan biaya penanggulangan tumpahan minyak hingga 71,7% dari biaya sebelum perbaikan, serta memberikan cost saving dari yang sebelumnya Rp 26.343.500 menjadi hanya Rp 7.570.625 per sekali tumpahan.

Penghematan pengadaan peralatan LLP (absorbent) dari yang sebelumnya Rp 100 juta menjadi hanya Rp 3.270.000 saja dengan total cost saving mencapai Rp 187.728.750 dengan waktu pengadaan selama 3 minggu. Lebih cepat dari sebelumnya yang membutuhkan waktu pengadaan paling cepat 1 tahun.

Pihak Pertamina sendiri saat ini tengah berupaya mematenkan inovasi Kuldur dari para karyawannya ini. “Kita sedang dalam proses mematenkan temuan ini,” kata Susilawati, Pjs External Communication Manager Pertamina.(ogi/pam/foto:ist)

LEAVE A REPLY