Negara Maju Karena Industri Tangguh

0
214
Share on Facebook
Tweet on Twitter
Plt. Sekjen Kemenperin Haris Munandar (foto: Humas)

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Kementerian Perindustrian meyakini suatu negara dikatakan maju karena industrinya tangguh. Untuk itu, Indonesia sebagai negara berkembang yang merupakan emerging market (pasar terbesar), harus bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan mampu meningkatkan produktivitasnya.

“Beberapa upaya strategis yang telah dilakukan oleh pemerintah, seperti paket kebijakan ekonomi dan penurunan harga gas, diharapkan mampu mendongkrak kinerja pertumbuhan industri nasional yang signifikan di tahun ini,” kata Plt. Sekjen Kemenperin Haris Munandar pada Seminar Indonesia Economic Outlook 2017 di Jakarta, Selasa (31/1).

Haris mengungkapkan, sasaran pembangunan industri non-migas tahun 2017, antara lain pertumbuhan ditargetkan mencapai 5,5 persen, sumbangan terhadap perekonomian nasional sebesar 18,7 persen, kontribusi ekspor industri terhadap total ekspor 76,8 persen, penyerapan jumlah tenaga kerja sebanyak 16,3 juta orang, dan nilai tambah yang diciptakan dari luar Pulau Jawa sekitar 28,4 persen.

“Agar bisa mencapai target-target tersebut, kami telah menetapkan enam kebijakan prioritas untuk medukung pengembangan industri nasional,” ujarnya. Keenam kebijakan itu adalah penguatan SDM melalui vokasi industri, pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai nilai, mendorong kinerja industri padat karya dan berorientasi ekspor, pengembangan IKM melalui platform digital, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, serta pengembangan perwilayahan industri.

Oleh karena itu, Haris menegaskan, pihaknya optimistis melalui program hilirisasi industri dapat meningkatkan nilai tambah bagi sumber daya alam di Indonesia. “Misalnya, dari sisi hilirisasi di sektor pertambangan, seperti di Kawasan Industri Morowali yang tengah mengembangkan industri smelter berbasis nikel pig iron untuk menjadi stainless steel,” sebutnya.

Menurut Haris, jika hilirisasi di sektor tersebut berjalan lancar, Indonesia akan menghasilkan empat juta ton stainless steel pada tahun 2018-2019 dan menjadi produsen ketiga terbesar di dunia setelah Tiongkok dan Eropa. “Saat ini, perkembangan hilirisasi industri berbasis logam mencakup 32 perusahaan dengan total nilai investasi USD16,3 miliar di 22 kabupaten/kota dan 11 provinsi,” tuturnya.

Selanjutnya, perkembangan hilirisasi industri berbasis agro mencakup 21 perusahaan, total nilai investasi USD3,47 miliar di 9 provinsi. Sedangan, perkembangan hilirisasi industri berbasis migas dan batubara, yakni ada 9 perusahaan dengan total nilai investasi USD15,35 miliar di 6 provinsi. “Rencana investasi industri tahun 2017-2020, ditargetkan mencapai 91 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp662 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 544 ribu orang,” ungkapnya.

Haris menyampaikan, Kemenperin tengah mendorong industri padat karya berorientasi ekspor, yang diharapkan menambah kontribusi besar terhadap devisa negara dan serapan tenaga kerja. “Kami telah memfasilitasi pembangunan kawasan industri termasuk di luar pulau Jawa. Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang memfokuskan tahun ini pada pemerataan,” jelasnya.

Industri-industri tersebut meliputi sektor industri tekstil dan produk tekstil, industri alas kaki, industri pengolahan ikan dan rumput laut, industri aneka (mainan anak, alat pendidikan dan olah raga, optik, alat musik), industri farmasi, kosmetik dan obat tradisional, serta industri kreatif (kerajinan, fashion, perhiasan).

Kemudian, industri barang jadi karet (ban kendaraan bermotor dan rethreading ban pesawat terbang), industri elektronik dan telematika (multimedia, software), industri furniture kayu dan rotan, serta industri makanan danminuman(turunan CPO, olahan kopi, kakao).

Haris menambahkan, pembangunan industri nasional perlu juga didukung dengan pendidikan berbasis vokasional. Hal itu dilakukan untuk menyiapkan tenaga kerja industri yang kompeten. Ada sejumlah proyek percontohan yang berbentuk kerja sama SMK dengan industri.

PT Petrokimia Gresik telah bekerja sama dengan 7 SMK di Jawa Timur, PT Astra Honda Motor dengan 9 SMK di Banten dan Sulawesi Selatan, dan PT Polytana Propindo dengan 4 SMK di Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat. “Kami menargetkan ada serapan sebanyak 1 juta tenaga kerja ke industri pada 2017-2019,” ujarnya. (pam)

LEAVE A REPLY