Teknologi Berperan Besar Turunkan Harga Listrik EBT

0
217
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: Humas ESDM

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral hari ini, Senin ( 20/02) mengadakan Press Briefing terkait seputar Energi Baru Terbarukan tentang Permen ESDM No 12/2017. Permen ESDM 12/2017 dikeluarkan dengan Azas UU No 30/2009 tentang Ketenagalistrikan yang menyebutkan bahwa listrik harus berkualitas dengan harga yang wajar.

Biaya Pokok Produksi yang dijadikan dasar adalah BPP pembangkit dengan rata-rata BPP Nasional sebesar 7.50 Cent USD. Direktorat Jenderal Tenaga Listrik (Dirjen Gatrik), Jarman menyebutkan, “Tarif listrik Indonesia harus kompetitif di ASEAN. Tarif listrik keekonomian harus dikurangi BPP.”

Jarman melanjutkan, Demand listrik di Timur Indonesia harus diciptakan agar daerah dan industri bisa berkembang. “BPP diusulkan oleh PT PLN, namun diawasi oleh Menteri ESDM. Tiap bulan dilaporkan ke KESDM terkait pelaksanaan ketenagalistrikan. Teknologi berperan besar menurunkan harga listrik EBT. Pengembang EBT harus siapkan teknologi listrik agar efektif & efisien,” ujarnya.

Sementara itu menurut Direktur Panas bumi, Yunus Saefulhak, peluang investasi EBT masih terbuka dan ekonomis jika dikembangkan di daerah yang BPP setempat lebih besar BPP nasional. Yunus melanjutkan masih ada potensi Panas bumi 9.6 GW khususnya di wilayah Timur Indonesia.

“Wilayah prioritas dengan potensi EBT tinggi adalah Aceh Darusallam, Sumatera Utara, Riau, Babel Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, , Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, NTT, NTB, dan Papua.

Dengan adanya produk dalam negeri dari PT Pindad, cost investasi pengembangan EBT bisa lebih efisien. Saat ini sudah ada 13 PPA yang telah di tanda-tangani dimana harga listriknya di bawah harga yang ditetapkan di Permen ESDM 12/2017.

Penyediaan listrik harus efisien agar subsidi listrik membebani APBN & masyarakat mendapatkan tarif listrik yg lebih baik. Pengembangan panas bumi akan dikencangkan di wilayah Timur Indonesia untuk mencapai target PLTP.

Mengenai pemanfaatn EBT juga mendapat tanggapan dari Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio. Menurutnya pemanfaatan EBT sudah diakomodasikan oleh beberapa kebijakan. “Indonesia juga perlu perhatikan energi mikroba. Publik harus diberi contoh nyata potensi investasi EBT di Indonesia. KESDM dan K/L lain seperti KementerianLHK harus berkoordinasi mempersiapkan insentif pengembangan EBT yang bisa diimplementasikan,” jelasnya. (Pam)

LEAVE A REPLY