Pembangunan Industri Petrokimia Dipercepat Tahun Ini

0
258
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: humas kemenperin

Sidoarjo, www.geoenergi.co.id – Kementerian Perindustrian tengah memprioritaskan percepatan pembangunan industri petrokimia di dalam negeri pada tahun 2017. Sebab, sektor strategis ini berperan penting sebagai pemasok bahan baku bagi banyak manufaktur hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetika hingga farmasi.

“Untuk itu, kami mendorong investasi industri petrokimia agar bisa terealisasi tahun ini. Apalagi, pabrik petrokimia terakhir dibangun pada tahun 1998,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Sidoarjo, Jawa Timur.

Airlangga menyebutkan, sudah ada dua perusahaan petrokimia yang telah melaporkan kepada dirinya untuk segera menanamkan modalnya di Indonesia dalam upaya menambah kapasitas dan membangun pabrik baru. “Ekspansi ini bertujuan memenuhi kebutuhan bahan baku kimia berbasis nafta cracker di dalam negeri sehingga nanti kita tidak perlu lagi impor,” tegasnya.

Pertama, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. selaku industri nasional, akan menggelontorkan dana sebesar USD6 miliar atau sekitar Rp80 triliun sampai tahun 2021 dalam rangka peningkatan kapasitas produksi. Pada tahun ini, perseroan akan berinvestasi sebesar USD150 juta untuk menambah kapasitas butadiene sebanyak 50 ribu ton per tahun dan polietilene 400 ribu ton per tahun.

Chandra Asri optimis bisa memasok permintaan pasar lokal. Sebab, fasilitas baru nanti diproyeksikan dapat menghasilkan sebanyak 1,8 juta ton per tahun atau dua kali lipat dari kapasitas produksi saat ini sebesar 900 ribu ton per tahun. Sementara, kebutuhan dalam negeri sekitar 1,6 juta ton per tahun. Perusahaan yang memiliki fasilitas penunjang di Cilegon dan Serang, Banten ini menghasilkan bahan baku plastik dan kimia yang digunakan untuk produk kemasan, pipa, otomotif, elektronik, dan lain-lain.

Kedua, industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan juga akan segera merealisasikan investasinya sebesar USD 3-4 miliar atau sekitar Rp52-53 triliun untuk memproduksi nafta cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya.

Proyek yang akan dibangun di Cilegon, Banten ini akan memakan waktu hingga 4-5 tahun dengan membuka lapangan pekerjaan sebanyak 9.000 orang, dengan rincian tahap kontruksi sekitar 6.000 orang dan ketika beroperasi di tambah 3.000 orang.

Lotte Chemical Titan akan memproduksi produksi etilen sebanyak 1 juta ton dan propilen 600 ribu ton per tahun. Produksi ini diharapkan akan mengurangi impor senilai USD 1,5 miliar, yang selama ini Indonesia mengimpor bahan kimia secara keseluruhan senilai USD15 miliar.

“Saat ini, kapasitas kita untuk menghasilkan nafta cracker hanya 900 ribu ton per tahun, sedangkan Singapura 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton,” kata Airlangga. Dengan kapasitas Lotte Chemical tersebut dan di tambah ekspansi dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., Indonesia akan mampu menghasilkan bahan baku kimia berbasis nafta cracker sebanyak 3 juta ton per tahun sekaligus memposisikan sebagai produsen terbesar ke-4 di ASEAN setelah Thailand, Singapura dan Malaysia. (pam)

LEAVE A REPLY