Kelistrikan di Sistem Khatulistiwa Semakin Kondusif

0
1769
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: Humas PLN

Pontianak, www.geoenergi.co.id – Semenjak diresmikannya PLTG MPP Parit Baru 4 x 25 MW oleh Presiden Joko Widodo (18/3), kondisi kelistrikan di sistem Khatulistiwa yang memasok listrik untuk Kota Pontianak-Kubu Raya-Mempawah-Singkawang-Sambas-Bengkayang makin kondusif. Saat ini, pasokan daya di sistem Khatulistiwa sudah aman karena cadangan daya sebesar 126 MW.

Menurut General Manager PLN Wilayah Kalimantan Barat (Wil Kalbar) Bima Putrajaya, dengan masuknya 4 unit mesin pembangkit masing-masing berkapasitas 25 MW tersebut, maka daya mampu pembangkit PLN di sistem Khatulistiwa menjadi sebesar 426 MW. Untuk beban puncak tertinggi Kalbar saat ini masih di bawah 300 MW.

“Saat ini kita punya cadangan daya sekitar 30 persen dari seluruh kebutuhan listrik masyarakat. Bahkan ditahun 2017 ini, sistem Khatulistiwa akan mendapatkan tambahan pasokan listrik sebesar 2 x 50 MW dari PLTU Kalbar 1 dan 3. Dengan demikian total daya mampu kita menjadi 426 MW. Kondisi kelistrikan seperti ini tentu saja akan semakin kondusif menopang potensi industri yang tumbuh di Kota Pontianak, Kubu Raya, Mempawah,Singkawang, Sambas dan Bengkayang,” jelas Bima.

Dikatakannya pula, untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat, khususnya di sektor industri, PLN Wil Kalbar terus berupaya meningkatkan daya mampu mesin pembangkit, baik di sistem Khatulistiwa maupun daerah-daerah isolated, seperti Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara telah beroperasi PLTU berkapasitas 2 x 10 MW.

Dijelaskannya pula, beberapa Gardu Induk (GI) akan dibangun. Menurutnya, dalam satu unit GI dapat menopang kebutuhan listrik sebesar 30 MW, dan itu tentu saja lebih dari cukup untuk sebuah kawasan industri dimanapun lokasinya berada.

Mengenai gangguan listrik yang mengakibatkan padam akhir-akhir ini, Bima mengungkapkan bahwa berdasarkan data gangguan dari PLN AP2B Kalbar yang mengatur penyaluran listrik ke pelanggan, di bulan Februari dan Maret 2017 terdapat gangguan pada jaringan transmisi sebanyak 72 kali. Lokasi gangguan terbanyak terjadi pada jaring transmisi antara Sei Raya – Siantan dan antara Siantan – Kota Baru. Menurutnya, gangguan yang terjadi pada jaringan transmisi yang ditopang oleh tower setinggi 35 meter tersebut lebih dari 80 persen disebabkan oleh kawat layang-layang.

“Jaringan transmisi setinggi 35 meter nyaris aman dari gangguan apapun, kecuali kawat layang-layang. Untuk itu, kami berharap masyarakat peduli akan keberadaan listrik serta turut berpartisipasi menjaga jaringan dan instalasi listrik dengan cara tidak bermain layang-layang terutama dengan menggunakan tali kawat. Banyak kerugian materiil yang telah kita rasakan bersama akibat permainan yang satu ini karena diperlukan perbaikan kerusakan instalasi listrik baik di jaringan transmisi maupun jaringan tegangan menengah,” tambah Bima.

Adapun upaya peningkatan mutu layanan yang dilakukan oleh PLN baik di sisi pembangkit, transmisi dan distribusi hingga pelayanan pelanggan tentunya tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat.

“Kami juga khawatir jika kelak mesin PLTU beroperasi, sementara kegemaran masyarakat bermain layang-layang bertali kawat tetap banyak pastinya akan berdampak buruk terhadap pelayanan listrik kepada masyarakat. Jika saat ini mesin PLTD terganggu, proses pemulihannya sekitar 1-2 jam. Jika mesin PLTU terganggu, maka pemulihannya bisa mencapai sekitar 6-8 jam. Hal ini tentunya akan sangat mengganggu kita semua,” tandas Bima.

LEAVE A REPLY