PLN Terbitkan Obligasi dan Sukuk Ijarah dengan Total Maksimal Rp 10 Triliun

0
58
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jakarta, PT Perusahaan Listrik Negara [“PLN” atau “Perseroan”] menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan II Obligasi Berkelanjutan dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan, dengan target dana yang dihimpun maksimal sebesar Rp 10 triliun [terdiri dari Rp8 triliun untuk Obligasi dan Rp2 triliun untuk sukuk ijarah). Target dana yang akan dihimpun dalam rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Tahap I dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Tahap I Tahun 2017 sebanyak-banyaknya sebesar Rp 2 triliun (terdiri dari sebanyaknya Rp1,6 triliun untuk Obligasi dan Rp400 miliar untuk sukuk ijarah). Kedua efek hutang tersebut rencananya, masing-masing, akan diterbitkan dalam tiga seri yaitu seri A tenor Iima tahun, seri B tenor tujuh tahun, dan seri C tenor 10 tahun dan telah mendapat peringkat AAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), demikian penjelasan Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto saat konferensi pers di Kantor Pusat Jakarta, Selasa (6/6).

Perseroan telah menunjuk PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Indo Premier Securities, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi efek (faint lead underwriter/JLU). Sedangkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (“BTN”) bertindak selaku wali amanat, lanjut Sarwono.

Sesuai rencana, kata Sarwono, paparan publik (public expose) dilaksanakan pada 6 Juni 2017, sedangkan masa penawaran awal (bookbuilding) akan berlangsung pada 6 hingga 15 Juni 2017. “Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (0JK) diharapkan terbit pada akhir Juni 2017. Sedangkan penawaran umum diharapkan berlangsung pada awal bulan yaitu 3 hingga 6 Juli 2017 dan akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Juli 2017. PLN akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi dan sukuk, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, untuk untuk memenuhi kebutuhan investasi PLN dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan Indonesia,” ungkapnya.

PLN, selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN), memiliki tiga segmen bisnis, imbuh Sarwono yaitu pembangkit listrik, transmisi, dan distribusi. Hingga akhir 2016, PLN menguasai 79% dan total kapasitas terpasang pembangkit listrik atau sekitar 43.294 MW. Kapasitas tersebut meningkat 3.3% dibandingkan 2015 yang sebesar 41.895 MW. Selain memiliki pembangkit, Perseroan juga bertindak sebagai pembeli utama Iistrik dari produsen listrik mandiri (independent power producer/WP).

Sementara itu, PLN adalah satu-satunya penyedia layanan transmisi di Indonesia. Hingga akhir 2016, panjang jaIur transmisi perseroan mencapai 44.065 kilo meter sirkit (kms), meningkat 5.7% dibandingkan 2015 yang sebesar 41.683 kms. Adapun kapasitas trafo transmisi mencapai 98.898 Megavoit Ampere MVA. naik 6,7% dari 92.651 MVA.

Pada segmen distribusi Iistrik. PLN merupakan distributor tunggal untuk pelanggan akhir di Indonesia. Panjang jalur distribusi perseroan mencapai 887.241 kms pada akhir 2016 atau meningkat 5.2% dibandingkan tahun sebelumnya yang sepanjang 843.098 kms. Sedangkan kapasitas trafo distribusi mencapai 50.099 MVA. naik 6.3% dari 47.129 MVA.

Hingga akhir 2016, jumlah pelanggan PLN sebanyak 64.3 juta pelanggan, meningkat 5% dibandingkan 2015 yang sebanyak 61,2 juta pelanggan. Secara fundamental, PLN didukung oleh permintaan listrik yang kuat di Indonesia. Selain itu. perseroan ditopang oleh operasional yang ensien dengan perbaikan secara kontinyu, kemudian posisi yang tepat untuk mencapai pertumbuhan, dukungan kuat dari pemerintah. statistik kredit yang kuat dan stabil, serta tim manajemen yang berpengalaman.

Sepanjang 2016, PLN mencatat penjualan Iistrik sebesar 216 TWh atau meningkat 6.5% dibandingkan 2015 yang sebesar 202,8 TWh. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pelanggan listrik yang cukup baik. Bertambahnya jumlah pelanggan juga mendorong kenaikan rasio elektriflkasi dari 88.3% pada akhir Desember 2015 menjadi 91,16% pada Desember 2016. Pertumbuhan jumlah pelanggan juga mendorong pertumbuhan pembelian produksi listrik. Pada 2016. pembelian listrik perusahaan tercatat 64,8 TWh atau naik 12.69% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 57,5 TWh.

Adapun pendapatan PLN pada 2016 mencapai Rp 222.8 triliun, tumbuh 2.5% dibandingkan 2015 yang sebesar Rp 217.3 triliun. Laba operasional mencapai Rp 28,8 triliun atau turun 40.3% dari Rp 48,3 triliun. Namun demikian, laba bersih PLN meningkat 75,04% dari 6 triliun pada tahun 2015 menjadi 10.5 triliun pada tahun 2016. Sedangkan Adjusted EBITDA sebesar Rp 58 triliun atau turun 23,8% dari Rp 76,2 triliun. Penurunan Adjusted EBITDA disebabkan karena ada yesuaian ISFAS 8 (interpretations of statements of financial accounting standards). Sementara itu, total aset PLN hingga akhir 2016 sebesar Rp 1274.6 triiiun. dengan total k n mencapai Rp 393,8 triliun dan total ekuitas Rp 880,8 triliun. (Pam)

LEAVE A REPLY