Menteri ESDM Tinjau FPU Jangkrik untuk Pastikan Produksi Migas Sesuai Target

0
42
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: Humas ESDM

Kaltim, www.geoenergi.co.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan didampingi Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) IGN Wiratmaja Puja dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi, Minggu pagi (11/6), meninjau Floating Processing Unit (FPU) Jangkrik, di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, Kalimantan Timur, yang dioperatori Eni, guna memastikan produksi migas di lapangan baru tersebut berjalan sesuai target.

“FPU Jangkrik ini sebenarnya adalah kapal yang dipakai untuk melakukan eksploitasi gas dan kondensatnya di lepas pantai, yang berada di laut dalam sekitar 450 meter. Target bulan Mei, tercapai tidak? Tercapai, mulai 26 Mei, FPU Jangkrik sudah onstream. Produksinya sekarang kira-kira 120-130 mmscfd,” ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam keterangan pers di Bandara Sepinggan Balikpapan usai meninjau langsung lokasi FPU yang berjarak sekitar 79 km dari Kota Balikpapan atau 30 menit ditempuh dengan perjalanan udara tersebut.

Pengoperasian FPU Jangkrik tersebut menjadi bukti saat ini Indonesia tetap mampu mengembangkan lapangan migas baru. “FPU Jangkrik yang on strem tangal 26 Mei 2017 ini bukti kita mampu kembangkan lapangan migas baru, dan kita akan selalu melakukannya,” tegas Menteri Jonan.

Menteri Jonan juga menambahkan, sesuai dengan rencana kapasitas produksi, kapal FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) secara bertahap, atau setara dengan 83.000 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalen per day/boepd).

“Kalau disesuaikan lagi, ditingkatkan sedikit, kapasitas produksinya bisa sampai 600 mmscfd dengan tambahan gas yang berasal dari lapangan Merakes di Blok East Sepinggan,” lanjut Menteri Jonan.

Hal ini memberikan efek yang sangat signifikan terhadap industri hulu migas Indonesia, karena menurut Menteri Jonan, produksi dari Lapangan Jangkrik ini untuk pengganti produksi Blok Mahakam yang mulai turun. “Kalau bisa minimal 450 (mmscfd) itu lumayan sekali, produksi (gas) nasional sekarang 7.100 mmscfd, mestinya menambah 7% bila kondensatnya sedikit,” papar Menteri Jonan.

Hal yang tak kalah penting dari hasil kunjungan kerja kali ini adalah disampaikannya rencana Eni untuk menggandeng Chevron terkait rencana kerjasama penggunaan fasilitas produksi pada proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) di Gendalo-Gehem, Selat Makassar, yang cukup dekat dengan lokasi FPU Jangkrik ini.

“Jadi Chevron tidak usah berinvestasi lagi yang besar, fasilitas yang sama bisa dipakai, supaya tidak ada duplikasi (lebih efisien) dan waktunya bisa lebih cepat,” jelas Menteri Jonan. Dengan tambahan dari IDD ini nantinya, pada 2022 akan diproduksi 900 mmscfd gas dari FPU Jangkrik, atau sekitar 13% dari produksi gas nasional.

Sebagaimana diketahui, proyek Pengembangan Kompleks Jangkrik di lepas pantai laut dalam Indonesia (yang meliputi Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East) telah memulai produksinya (first gas) pada bulan Mei 2017 lalu, lebih cepat dari pada target yang tercantum di dalam Renstra KESDM 2015-2019 yaitu tahun 2018. Produksi dari kedua lapangan disalurkan melalui 10 sumur bawah laut yang terhubung dengan FPU Jangkrik.

Setelah diproses di atas FPU, gas akan dialirkan melalui pipa khusus sepanjang 79 km ke Fasilitas Penerima di Darat atau Onshore Receiving Facility yang keduanya baru dibangun oleh Eni, melalui Sistem Transportasi Kalimantan Timur, hingga tiba di kilang LNG Badak di Bontang. Produksi gas dari Jangkrik akan memasok LNG ke pasar domestik dan juga pasar ekspor.

Sebelumnya, pada tanggal 21 Maret 2017, Menteri Jonan bersama Ibu Ratnawati Jonan melakukan upacara penamaan kapal FPU Jangkrik ditandai pemutaran kemudi simbolik di di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Kepulauan Riau. FPU ditarik berlayar ke Selat Makassar tanggal 25 Maret 2017 untuk ditempatkan di lapangan migas Jangkrik, blok Muara Bakau dan tiba di Selat Makassar pada tanggal 2 April 2017.(pam)

LEAVE A REPLY