Optimasi Pengelolaan Energi Fosil dan Nonfosil di Indonesia

0
119
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti mengadakan Seminar Nasional bertema Optimasi Pengelolaan Energi Fosil dan Nonfosil di Indonesia pada hari Sabtu (28/10) di ruang auditorium utama Universitas Trisakti.

Dalam kesempatan Ketua Panitia Ratnayu Sitaresmi memberikan sambutan dari tujuan acara seminar nasional digelar. “Tujuan utama untuk menambah pengetahuan dan menjadikan tempat sosialisasi dan komunikasi yg efektif antara dosen, mahasiswa, pemangku kebijakan, masyarakat. dalam rangka Dies Natalis Ke-52 Universitaa Trisakti,” tegasnya.

Seminar nasional ini menghadirkan pembicara kunci manran Menteri Energi Sumber Daya Mineral periode 2000-2009 Purnomo Yusgiantoro, yang membahas persoalan energi fosil yakni migas dan batubara serta nonfosil yakni energi baru dan terbarukan dengan menggunakan analisa SWOT untuk mengidentifikasi berbagai elemen untuk merumuskan strategi kebijakan.

Analisa SWOT untuk batubara Indonesia memiliki cadangan batubara yang besar salah satunya yang berkalori rendah dan batubara muda dan batubara gambut. “Karena potensinya besar, maka memiliki kesempatan atau peluang untuk mengekspansi batubara ke pasar internasional. Sehingga peran perusahaan nasional pun semakin besar,” tegasnya.

Selain itu menurut Purnomo, “Biaya eksplorasi batubara juga tidak terlalu mahal apalagi dengan produksi yang berlimpah dan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih banyak.”

Akan tetapi untuk weakness dari batubara juga ada yakni masalah lingkungan hidup yang selalu munxul ke permukaan. Tambang batubara dianggap merusak lahan dan asapnya juga ikut mencemari udara. Selain itu industri hilir batubara juga kurang berkembang, muncul penambangan tanpa ijin, dan revisi UU Minerba yang membuat pengusaha kebingungan.

Opportunity di sektor tambang batubara menurut Cofounder Universitas Pertahanan (Unhan) semakin besar. Efek penggandaan produksi juga besar. Teknologi batubara juga menarik utk dikembangkan bagaimana mendapatkan batubara yang bersih, teknologi pencairan dan gasifikasi batubara bisa dipakai untuk listrik industri, transportasi dan lain-lain.

Threat untuk di batubara masih terbuka luas. “Ekspor lebih besar dari kebutuhan yang dipakai untuk domestik. Perdagangan Internasional masih terbuka lebar, harga batubara juga baik untuk pasar saat ini. Namun banyak batubara kita dijual ke pihak trading jai harga yang baik lebih banyak dinikmati trading,” tegas Guru Besar Tetap ITB.

Selain batubara yang dibicarakan mantan Menteri ESDM dua periode ini juga menjelaskan Energi Baru Terbarukan. Untuk EBT di negeri ini begitu banyak tapi pemanfaatan masih belum banyak. Dia menyampaikan soal masyarakat yang belum bisa menerima pembangunan PLTN.

“Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79/2014 tentang kebijakan energi nasional, PLTN merupakan alternatif terakhir sumber energi sehingga pemerintah dan DPR perlu meninjau kembali pembangunan PLTN dan mengedepankan pemanfaatan energi terbarukan lainnya” katanya.

Lanjutnya, keamanan begitu penting san ini yang selalu terjadi perdebatan pada nuklir karena menyangkut keamanan. “Orang bilang: aku mau nuklir, tapi aku tidak mau nuklir dibangun di pekarangan rumahku. That’s always like that,” ucapnya lirih.

Purnomo menceritakan mantan bawahannya Dr. Evita Legowo yang mengalami penolakan warga saat sedang melakukan sosialisasi PLTN di Gunung Muria. Evita sempat dikejar-kejar masyarakat di sana yang membawa parang. Kondisi tersebut menunjukkan besarnya bentuk penolakan masyarakat terhadap PLTN.

Purnomo juga menegaskan akan pengembangan energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan.

“Hidup di negara beriklim tropis dengan energi matahari yang cukup berlimpah dapat dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan, begitu juga dengan mengedepankan energi dari tenaga angin,energi angin, serta energi biodesel”, pungkas Founder Purnomo Yusgiantoro Center. (Pam/foto: pam)

LEAVE A REPLY