Ekspansi Batubara ke Pasar Internasional

0
159
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Mantan Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral periode 2000-2009, Purnomo Yusgiantoro menjadi pembicara utama di acara Seminar Nasional bertajuk “Optimasi Pengelolaan Energi Fosil dan Nonfosil di Indonesia” yang diselenggarakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Sabtu (28/10). Berdasarkan analisa SWOT yang dilakukannya untuk mengidentifikasi berbagai elemen sehingga dapat merumuskan strategi kebijakan.

Analisa SWOT energi batubara menurut pandangannya, Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat besar. Misalkan bagaimana kemungkinan menggunakan batubara muda dan gambut yang masih banyak belum dieksplorasi. “Karena potensinya besar maka memiliki kesempatan atau peluang untuk dipakai sebagai energi di kelistrikan. Selain itu untuk mengekspansi batubara ke pasar internasional pun terbuka luas,” jelasnya.

Saat ini pasar batubara masih banyak di domestik. Potensi batubara yang besar tersebut tentu akan membuka peran perusahaan nasional semakin besar. Efek penggandaan batubara juga besar. Disamping itu teknologi batubara juga menarik untuk dikembangkan dengan pemakaian TKDN yang lebih banyak, misalkan bagaimana teknologi untuk mendapatkan batubara yang bersih. “Bisa juga teknologi untuk pencairan dan gasifikasi batubara. Jika itu bisa dilakukan maka bisa dipakai untuk energi pembangkit listrik dan industri transportasi,” katanya.

Namun dibalik kelebihan batubara yang melimpah ada juga kelemahan dari batubara yang sering mendapat sorotan yakni persoalan lingkungan hidup dengan pengeluaran CO2 dan lain-lain. “Industri hilir batubara added valuenya sekarang akan dikembangkan, kemudian BUMD labour intensif buyer sekarang BUMD aktif. Industri batubara itu yang memang mudah untuk dikembangkan karena labour intensif yang tidak perlu teknologi yang tinggi,” jelas Purnomo.

Weaknes lain adalah penambangan tanpa ijin yang selalu bikin masalah seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan. Soal reivisi UU Minerba juga sudah ada gaungnya yang membikin ketidakpastian bagi pengusaha.

Sedangkan Opportunity untuk batubara adanya ekspansi batubara ke pasar internasional. Banyak pengusaha batubara yang melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri untuk menawarkan batubara Indonesia seperti ke Vietnam, Myanmar terutama ke negara negara berkembang dimana industri batubaranya lebih terbelakang dari Indonesia. “Kondisi ini tentunya akan menguntungkan Indonesia sebagai produsen batubara untuk memasarkan ke sana. Peran perusahaan nasional, batubara lebih banyak dimiliki oleh perusahaan nasional dibandingkan perusahaan migas yang dimiliki perusahaan asing.,” tegasnya.

Multiplier effect atau efek penggandaan karena itu labour intensif dan lebih dekat pengembangannya dengan masyarakatkemudian regional development lebih besar dari migas. “Ada satu penelitian input output menunjukkan bahwa kalau migas itu sharingnya kepada bagi hasil sedangkan batubara ke multiplier effect. Opportunity lain dari batubara adalah pengembangan teknologi batubara bersih atau clean coal, seperti coal gasification,” lanjut Purnomo.

Untuk threat di batubara karena harga ekspor batubara lebih bagus dibandingkan harga di tingkat domestik. “Maka pengusaha batubara lebih senang mengekspornya dan sangat enjoy dengan harga 100 dolar per barelnya. Perdagangan internasional batubara dari Indonesia bukan langsung ke konsumen tetapi dijual dulu ke trading partner. Setelah itu trading partner menjualnya ke konsumen. Sehingga kondisi itu akan mengurangi pendapatan dari negara. Karena sewaktu menjual kepada pihak perantara tidak tinggi sehingga pendapatan kurang sedangkan sewaktu dijual ke international market tinggi. Otonomi daerah selalu menjadi masalah. Jika dulu otonomi daerah di kabupaten sekarang ditarik ke tingkat provinsi,” pungkas Purnomo.

LEAVE A REPLY