Indonesia – RRT Jalin Hubungan Bilateral Saling Menguntungkan

0
45
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: istimewa

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar melakukan Bilateral Meeting dengan Administrator National Energy Administration (NEA) Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Nur Bekri pada “The 5th Indonesia-China Energy Forum (ICEF V) di Hotel JW Marriot, Jakarta, Senin (13/11).

Usai pertemuan bilateral, ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian ESDM dan National Energy Administration RRT Mengenai Kerja Sama Energi. MoU ini akan menjadi payung kerja sama kedua negara.

Menteri Jonan mengungkapkan apresiasi atas kerja sama yang telah terbangun atas dasar saling menguntungkan antara Indonesia dan Tiongkok, khususnya pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia.

“Saya percaya melalui kerjasama ini masing-masing negara akan saling menguntungkan. Kami berterimakasih karena perusahaan-perusahaan Tiongkok yang telah berinvestasi di bidang ketenagalistrikan, terutama pembangunan PLTU Jawa 7 yang tarifnya sangat kompetitif”, ungkap Menteri Jonan.

ICEF ke-5 telah berhasil diselenggarakan kembali setelah tahun 2010 adalah ICEF terakhir yang telah dilaksanakan di Nanning, RRT. ICEF selalu menjadi forum bilateral yang bermanfaat bagi sektor energi kedua negara. ICEF juga menjadi platform untuk memulai kerja sama yang konkret antar BUMN dan perusahaan kedua negara. Melalui forum ini, diharapkan dapat menjadi pendorong bagi kedua pihak untuk melanjutkan dan meningkatkan kerja sama energi di masa depan.

Menteri Jonan menekankan bahwa saat ini Pemerintah Indonesia sedang fokus mengejar target bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025. Di samping itu, Menteri Jonan juga mengungkapkan keseriusan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur energi yang mengedepankan masalah lingkungan hidup. “Kami juga menyadari dunia sedang berubah, terutama tentang masalah lingkungan hidup dan juga pemerintah menyambut baik apabila ada studi di bidang renewable energi dan juga investasi Tiongkok di bidang ketenagalistrikan di bidang renewable energi. Terus terang satu tahun terakhir saya tidak melihat aktivitas yang besar di bidang energi terbarukan di Indonesia, kebanyakan dari negara-negara Eropa, AS dan Jepang,” ungkap Menteri Jonan.

Selain fokus pemerintah pada kerjasama pengembangan energi terbarukan, Menteri Jonan juga menyampaikan harapannya terhadap perusahaan Tiongkok yang bergerak di bidang Migas dan Minerba untuk lebih aktif berinvestasi di Indonesia.

“Juga di bidang refinery atau pengolahan minyak, kami juga mendukung ada kerjasama yang baik. Pada saat ini sebuah perusahaan Tiongkok sedang mendiskusikan kerjasama dengan Pertamina untuk membicarakan grass root refinery di Bontang,” tambah Menteri Jonan.

Menanggapi apresiasi Pemerintah Indonesia terhadap kerjasama yang terjalin antara Indonesia dengan Tiongkok, Administrator National Energy Administration (NEA) RRT, Nur Bekri mengungkapkan apresiasinya yang besar terhadap penyelenggaraan Forum Energi ini. Ia menjelaskan bahwa forum ini berhasil diselenggarakan kembali setelah ditunda selama tujuh tahun sejak 2010. “Juni saya bertemu dengan Menteri Jonan dan membahas forum energi Tiongkok -Indonesia yang sudah di suspend tujuh tahun, dibuka lagi hari ini,” ungkapnya.

Nur Bekri juga mengungkapkan bahwa kerjasama Tiongkok dengan Indonesia yang sudah terjalin selama ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Pemerintah Tiongok menyatakan kesediaannya untuk membina hubungan kerjasama dengan Indonesia di masa mendatang. “Investasi tidak hanya mengisi infrastruktur di Indonesia tapi juga menciptakan banyak lowongan kerja. Ekspor sumber daya mineral Indonesia ke Tiongkok telah memberikan dukungan terhadap pasar Tiongkok dan juga investasi perusahaan Tiongkok di Indonesia juga berkontrubusi di Indonesia. Kerjasama energi Tiongkok -indonesia saling mengisi dan saling membantu,” ungkap Nur Bekri.

Berikut investasi sektor energi perusahaan RRT di Indonesia:

1. Bidang Minyak dan Gas Bumi:

a. SINOPEC

b. Petrochina

c. CNOOC

d. CITIC

2. Bidang Ketenagalistrikan:

a. Investasi Ketenagalistrikan Perusahaan RRT dalam Proyek 35 GW. RRT ikut berinvestasi dalam proyek bidang ketenagalistrikan 35 GW, dalam 2 skema yaitu: EPC (Enginering, Procurement, and Construction) sebesar 3% dan IPP (Independent Power Producer) 36% dari total keseluruhan.

b. Investasi Ketenagalistrikan Perusahaan RRT (bukan proyek 35 GW).

RRT juga ikut berpartisipasi aktif dalam beberapa proyek di luar Proyek 35 GW, seperti: PLTU Banten I, PLTU Banten II, PLTU Banten III, PLTU I Jawa Barat, PLTU II Jawa Barat, PLTU I Jawa Tengah, dan beberapa PLTU besar lainnya di wilayah Indonesia.

3. Bidang Hilir Minerba

a. Alumunium Corporation of China Ltd. (Chinalco) bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk dan PT Inalum membangun Smelter Grade Alumina di Kabupaten Mempawah (SGA Mempawah), Kalimantan Barat. Smelter yang direncanakan memiliki kapasitas satu juta ton per tahun ini diperkirakan menelan investasi sebesar US$ 1,5-1,8 miliar.

b. Antam dan Inalum akan membentuk perusahaan patungan atau JV dengan Chinalco. JV ini akan mengoperasikan smelter, dengan pihak Indonesia memegang saham mayoritas, minimal 51%. PT Antam memiliki cadangan terbukti bauksit (bahan baku alumunium) sebanyak 100 juta ton ditambah potensi yang ada di area konsensi sekitar 200 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia adalah terbesar ke-8 dunia sedangkan nilai ekspornya peringkat kedua terbesar.

c. Kapasitas produksi PT Inalum sebesar 260 ribu ton per tahun, sedangkan kebutuhan nasional mencapai 800 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi alumunium mencapai 8% per tahun. Proyek SGA Mempawah tersebut ditargetkan rampung pada kuartal III-2019.

4. Bidang Energi Baru Terbarukan

Investasi di bidang Panas bumi yaitu PT KS ORKA bentukan dari perusahaan China yaitu Kaisan (90 %) dan ORKA (10%) dari Islandia.

a. Mengelola Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Sorik Marapi Kapasitas 240 MW, di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, sudah menyelesaikan eksplorasi 11 lubang bor.

b. Mengelola WKP Sokoria kapasitas 30 MW di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang sudah menyelesaikan 1 lubang bor.

c. Total investasi kedua WKP tersebut dari hulu ke hiir sebesar 1.080 juta USD atau sebesar Rp. 14 triliun. (pam)

LEAVE A REPLY