Indonesia-Jepang Jajaki Pembangunan PLT Sampah

0
134
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: Humas Maritim

Jakarta, Persoalan sampah di Indonesia sudah sedemikian serius. Hal ini bisa dilihat pada timbunan sampah yang kian masif. Bila kita mengunjungi fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kita bisa melihat penanganan sampah belum dilakukan dengan baik tidak hanya di kota-kota besar tapi juga di kota-kota kecil, suburban area. Belum ada solusi yang bisa mereduksi (mengurangi-menghilangkan) sampah secara signifikan. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bersama pihak-pihak terkait terus mengupayakan solusi atas masalah sampah ini. “Kita ingin ada solusi terhadap pengelolaan sampah secara terintegrasi artinya tidak secara terpisah-pisah seperti hanya 3R (Recycle, Reduce, dan Reuse) tapi secara terintegrasi bisa menyelesaikan permasalahan sampah.” Dijelaskan oleh Asisten Deputi Infrastruktur Pertambangan dan Energi Yudi Prabangkara usai menghadiri The 2ndIndonesia-Japan Joint Meeting Committed on Waste to Energy Development in Indonesia, Jakarta (27/2).

Kerja sama Indonesia dan Jepang dibidang pengelolaan sampah ini direalisasikan dalam Indonesia – Japan Joint Committee on Waste to Energy Development in Indonesia, kerja sama yang dirintis di awal 2017 ini telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya 2 workshop di Tokyo yang menghadirkan perwakilan dari berbagai kota dan wakil dari kementerian terkait, pertemuan pertama joint comittee berlangsung pada bulan November 2017 di Jakarta dan kali ini melalui rapat kedua, bertujuan untuk membuat guidelines atau petunjuk teknis dan business model dalam membangun pengolahan sampah menghasilkan listrik.

The 2nd Indonesia-Japan Joint Meeting Committed on Waste to Energy Development in Indonesia dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Ridwan Djamaluddin. Pertemuan ini cukup panjang dan diharapkan setelah pertemuan ini akan keluar panduan-panduan teknis dan langkah-langkah strategis pengelolaan sampah untuk menjadi pembangkit listrik yang akan dilakukan melalui kerja sama Indonesia – Jepang.

Harus Ramah Lingkungan

“Kita mengharapkan proyek PLTSa ini dapat dilaksanakan tahun ini dan juga sudah menemukan lokasi yang diminati oleh Jepang tadi kita sudah diskusikan ini, dan yang kedua belajar dari pengalaman sebelumnya kita bekerja sama dengan Jepang kita memastikan bahwa teknologi yang digunakan ini adalah teknologi yang ramah lingkungan”, tegas Deputi Ridwan. “Kita membutuhkan teknologi yang tidak menimbulkan bahaya bagi lingkungan yang kita yakini ini akan membawa kebaikan sehingga sampah dapat dihilangkan, dapat dibersihkan menghasilkan energi yang dapat dimanfaatkan dan tidak merusak lingkungan.”

Yudi Prabangkara menambahkan, “Salah satu yang menjadi kendala bagi kita adalah adanya timbunan sampah yang sedemikian besar. (Padahal) Ada teknologi untuk menghilangkan sampah, mereduksi sampah secara signifikan. Nah, tapi karena kita tidak memiliki atau belum punya pengalaman untuk hal itu oleh karenanya, kita mencari teknologi terbaik di dunia dimana saja. Kita sudah mendiskusikan hal ini dengan negara-negara yang punya pengalaman banyak untuk bisa memusnahkan sampah secara signifikan dengan teknologi yang ramah lingkungan.” Yudi menegaskan teknologi yang akan diterapkan harus ramah lingkungan. Masalah sampah yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas lahan dan kualitas hidup masyarakat yang tinggal sekitar area pembuangan sampah.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah berkomunikasi dengan negara-negara Skandinavia yang terkenal memiliki kualitas lingkungan hidup yang tinggi dan berkomunikasi ke beberapa negara di Asia seperti Korea, Jepang dan lain-lain untuk bisa menemukan teknologi untuk memusnahkan sampah paling tepat di Indonesia. Jepang adalah salah satu yang sudah terbukti. Jepang sudah banyak membangun dan menggunakan teknologi pengolahan sampah yang menghasilkan energi ini dan diterima oleh masyarakat yang memang ternyata ramah lingkungan. “Kita mencoba untuk bekerjasama dengan Jepang untuk bisa merealisasikan teknologi ini di Indonesia. Bukan berarti memindahkan teknologi yang ada di jepang untuk dilakukan disini tetapi untuk memodifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia. nah inilah yang kita cari, semoga dengan adanya kerja sama ini kita bisa menemukan teknologi yang paling cocok untuk kondisi di Indonesia agar bisa diterapkan disini,” kata Yudi.

Adaptasi Teknologi

Implementasi teknologi pengelolaan sampah perlu ada penyesuaian. Perlu ada modifikasi mengingat karakter, kualitas dan jumlah sampah di Indonesia berbeda dengan sampah yang ada di Jepang. “Kita tidak bisa serta merta meniru teknologi yang ada, seperti teknologi yang ada di Skandinavia juga demikian. makanya kita cocokkan apakah memang bisa dilakukan atau tidak, jika tidak bisa maka kita bilang tidak, tapi kalau ternyata bisa maka akan kita lakukan.”

Yudi Prabangkara mengakui kalau dirinya sangat optimis kalau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) bisa menjadi solusi masalah sampah yang ramah lingkungan. “Teknologi itu berkembang dengan cepat dan selalu mengadaptasi kondisi yang ada. Sesuaidengan perkembangan zaman ya. Modernisasi sampah dari tahun 50-an berbeda dengan sampah sekarang. Nah, perkembangan itu juga diikuti terus oleh teknologi. Nah ini sudah kita coba telusuri dan memang sampah kita berbeda dengan mereka tapi teknologinya bisa beradaptasi. Kuncinya adalah feasibility tadi, suatu uji kelayakan untuk memastikanmemang layak atau tidak. Dalam studi kelayakan itu ada lima aspek yang menjadi perhatian, yakni aspek hukum, aspek teknologi, aspek ramah lingkungan, aspek finansial dan aspek sosial. Nah hal-hal seperti itu harus terkonfirmasi dalam sebuah dokumen yang tepat, sehingga keputusan kita landasannya bukan rumor, bukan katanya, bukan karena isu tapi benar-benar fakta,” tegas Yudi.

“Saya optimis ya, sampah jadi energy ini jadi solusi masalah sampah, karena dia (Jepang) memiliki standar lingkungan hidup yang tinggi dan juga sudah menerapkan hal ini puluhan tahun. Nah, kita mencoba apakah teknologi ini bisa diterapkan juga dikita.” Deputi Ridwan Djamaluddin menutup wawancara dengan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendukung proyek ini, “Saya mengajak masyarakat bersama-sama mendukung proyek ini. Agar proyek yang telah lama direncanakan ini menjadi kenyataan dan segera menjadi manfaat,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY