Industri Otomotif Genjot Produksi untuk Pasar Ekspor

0
454
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: kemenperin

Bekasi, www.geoenergi.co.id – Industri otomotif di Indonesia semakin menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi dan mampu mengikuti selera konsumen global. Hal ini mendorong produsen di dalam negeri untuk terus melakukan ekspor, salah satunya PT Suzuki Indomobil Motor (SIM).

“Ini sejalan dengan upaya pemerintah saat ini, yaitu mendorong peningkatan investasi dan ekspor. Hal ini sebagai kunci pertumbuhan bagi perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peresmian Pabrik PT SIM serta Ekspor Perdana All New Ertiga dan New Scooter Nex II di Pabrik Suzuki Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/10).

Pada momen ini, PT SIM mengapalkan sebanyak 12.000 unit untuk All New Ertiga ke 22 negara tujuan ekspor yang tersebar di Asia, Amerika Latin, Afrika hingga Oseania. Sedangkan, Nex II dikirim ke Filipina dalam bentuk CBU. Sejak Agustus 2018, telah diekspor sebanyak 4.456 unit. Ke depannya, ekspor Nex II ditargetkan menembus 18.660 unit, termasuk ke Kamboja dalam bentuk CKD.

Menurut Menperin, industri otomotif di Indonesia kini telah berkembang pesat, dengan menjadi basis produksi kendaraan jenis MPV, truk, dan pikap. Pengembangan kendaraan tersebut juga diarahkan untuk meningkatkan ekspor ke pasar global. “Ke depannya, target besarnya, yakni menjadi pemasok kendaraan jenis sedan dan SUV,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga mendorong penambahan investasi baru maupun ekspansi. Langkah strategis ini juga diharapkan dapat mengadopsi atau terjadinya transfer teknologi terkini. “Sehingga realisasi target produksi 1,5 juta unit pada tahun 2020 bisa tercapai,” ungkap Airlangga.

Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri alat angkutan dan transportasi lain pada semester I tahun 2018 mencapai Rp926,4 miliar. Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar USD343,6 juta.

Berdasarkan Making Indonesia 4.0, industri otomotif merupakan satu dari lima sektor prioritas yang siap memasuki revolusi industri keempat. “Sektor ini juga menjadi andalan karena berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional,” tegas Menperin. Ini tercermin dari sumbangsihnya kepada PDB yang mencapai 10,16 persen pada tahun 2017 serta mampu menyerap tenaga kerja langsung sekitar 350 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang.

Bahkan, Kementerian Perindustrian mencatat, kinerja industri otomotif di Indonesia semakin melesat, terlihat pula dari jumlah ekspor dalam bentuk komponen kendaraan yang naik hingga 13 kali lipat, dari 6,2 juta pieces pada tahun 2016 menjadi 81 juta pieces tahun 2017. Bahkan, di pasar Asean saat ini, permintaan dalam bentuk keadaan terpisah atau completely knock down (CKD) kian meningkat.

Lonjakan pun terjadi pada angka produksi kendaraan bermotor roda empat, dari 1,177 juta unit tahun 2016 menjadi 1,216 juta unit di 2017. Jumlah tersebut diperkuat dengan peningkatan ekspor kendaraan dalam bentuk CBU sebanyak 231 ribu unit tahun 2017 dibanding tahun 2016 sekitar 194 ribu unit.

Langkah selanjutnya, pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif fiskal yang dapat dimanfaatkan oleh industri otomotif di Tanah Air dalam pengembangan produk yang berdaya saing global. Fasilitas perpajakan itu antara lain tax holiday, tax allowance, Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), serta kemudahan importasi menggunakan skema CKD dan IKD.

“Dalam waktu dekat, akan dikeluarkan insentif super tax deduction untuk perusahaan yang melakukankegiatan vokasi dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM dan untuk industri yang melaksanakankegiatan RD&D (research, development, and design),” papar Airlangga.

Dalam upaya mengikuti tren dunia dan perluasan pasar eskpor, Kemenperin juga mendorong industri otomotif di dalam negeri untuk dapat merealisasikan pengembangan kendaraan rendah emisi atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Implementasi program tersebut telah disusun melalui peta jalan yang diinisiasi oleh Kemenperin, termasuk pengembangan kendaraan berbasis energi listrik.

Pada tahun 2025, ditargetkan sekitar 20 persen dari kendaraan yang diproduksi di Indonesia adalah produk LCEV. “Maka itu, kami berharap kepada Suzuki dapat berperan aktif dalam pengembangan program LCEV di Indonesia dengan menghadirkan teknologi hybrid dan harga terjangkau sehingga layak untuk diproduksi di dalam negeri seperti halnya yang telah dilakukan Suzuki di India,” imbuhnya.

Capaian gemilang

Pada kesempatan yang sama, Menteri Airlangga menyampaikan apresiasinya kepada PT. SIM yang ikut berkontribusi dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia. Sejak tahun 1976, perusahaan ini sudah memproduksi sebanyak 2,5 juta unit kendaraan roda empat dan sejak 1993 telah melakukan ekspor dalam bentuk CBU dan CKD sebanyak 478.351 unit.

Sedangkan untuk kendaraan roda dua,PT SIM memulai produksi pada tahun 1970 dengan total lebih dari 11 juta unit dan tahun 2012 telah melakukan ekspor CBU dan CKD sebanyak 699.481 unit. “Kami juga apresiasi terhadap komitmen PT SIM untuk terus meningkatkan investasinya, baik itu dalam bidang SDM maupun manufacturing. Sementara ekspornya semakin digenjot, dengan melakukan pembaruan model dan segmentasi kendaraan,” ujarnya.

Hal tersebut tercemin dari tren ekspor PT. SIM yang terus meningkat dari tahun ke tahun baik dari segi jumlah maupun nilai, dengan rasio ekspor terhadap total produksi lebih dari 30 persen dan rata-rata pertumbuhan mencapai 19 persen setiap tahunnya. “Pemerintah tengah menjalin free trade agreement antara Indonesia dan Pakistan, kami berharap ekspor Suzuki ke Pakistan juga meningkat,” imbuhnya.

Kendaraan CBU merek Suzuki yang diproduksi di PT SIM baik roda empat maupun roda dua telah dieskpor ke lebih dari 97 negara maju dan berkembang seperti di Asia, Eropa, Afrika, Amerika Latin dan Oseania, dengan nilai ekspor pada tahun2017 mencapai Rp7,8 triliun rupiah dan ditargetkan menembus hingga Rp11,3 triliun tahun 2022. “Selain dalam bentuk CBU, PT SIM juga melakukan ekspor kendaraan bermotor dalam bentuk CKD dan komponen,” ungkap Airlangga.

Berbagai keberhasilan tersebut merupakan hasil dari rangkaian komitmen investasi Suzuki di Indonesia. Tahun 2014,PT SIM menambah investasi dengan membangun pabrik yang mengintegrasikan sistem teknologi manufaktur terkini di Cikarang.

Saat ini, PT SIM memiliki lima pabrik dengan total kapasitas produksi sebesar 214 ribu unit per tahun untuk mobil dan 320 ribu unit per tahun untuk motor. Jumlah penyerapan tenaga kerjanya sebanyak6.300 orang. Hingga total investasi PT SIM telah menembus Rp18,4 triliun.

Pencapaian gemilangtersebutmenjadikan Indonesia sebagai pabrik terbesar ketiga Suzuki di dunia setelah India dan Jepang,bahkan menjadi world mother plant untuk mobil APV dan Ertigaserta motor GSX 125, GSX 150, Address dan NEX II. “Ini tentunya merupakan sebuah capaian yang membanggakan bagi industri otomotif nasional maupun kita semua karena produk Indonesia bisa diterima dengan baik di negara tujuan utama di kancah global,” tegas Menperin. (dod)

LEAVE A REPLY