BBM Satu Harga Berikan Keadilan bagi Masyarakat

0
266
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: Pam

Yogyakarta, www.geoenergi.co.id – PT Pertamina (Persero) telah memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya peningkatan Gross Domestic Product Indonesia yang pada 2016 diperkirakan mencapai US$940,95 miliar, demikian salah satu pernyataan yang disampaikan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto saat menjadi pembicara kunci pada pelatihan “Advancing Accountable Resources Governance in Asia Pacific” yang diselenggarakan oleh FISIPOL Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Rabu (11/01).

Dalam pemaparan yang bertajuk “Peran dan Kontribusi Pertamina Bagi Indonesia”, Dwi Soetjipto mengatakan GDP suatu negara dipengaruhi oleh empat komponen, yaitu consumer spending konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, investasi dan selisih antara ekspor dikurangi impor. Dalam konteks keempat komponen tersebut, jelasnya, Pertamina berperan cukup dalam sehingga memberikan pengaruh terhadap GDP Indonesia.

Dia menjabarkan dalam hal konsumsi masyarakat, harga BBM yang kompetitif ikut merangsang kegiatan ekonomi masyarakat. Ditambah lagi dengan penerapan BBM Satu Harga di seluruh Nusantara yang disamping memberikan keadilan bagi seluruh masyarakat, juga berperan untuk menstimulasi kegiatan perekonomian masyarakat.

“Dengan BBM Satu Harga, masyarakat merasakan betul dampak positifnya. Dengan harga BBM yang lebih terjangkau, masyarakat menjadi lebih leluasa dalam melakukan aktivitas ekonomi, lebih produktif dan distribusi barang menjadi lebih efisien sehingga memengaruhi harga-harga barang lainnya,” terang Dwi.

Dari aspek belanja pemerintah, Pertamina telah berperan untuk mendukung anggaran negara melalui kontribusi dividen dan pajak. Hingga November lalu misalnya, Pertamina telah menyetor pajak tidak kurang dari Rp58 triliun.

Selanjutnya komponen investasi, di mana Pertamina telah memiliki rencana investasi lebih dari US$100 miliar hingga tahun 2025. Investasi tersebut dialokasikan untuk berbagai lini usahanya, termasuk pembangunan infrastruktur energi yang tidak hanya berperan penting untuk ketahanan energi nasional tetapi juga dalam penyerapan tenaga kerja.

Adapun, komponen terakhir mengenai selisih ekspor dan impor yang ditunjukkan dengan penurunan volume impor sejumlah produk bahan bakar. “Yang mengalami penurunan impor signifikan di antaranya Solar.”

Ditambah lagi, lanjut Dwi, dengan proyek Refinery Development Master Plan dan Grass Root Refinery, diharapkan juga dapat mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional dan membebaskan Indonesia dari ketergantungan impor produk BBM pada 2023. (Pam)

LEAVE A REPLY