Angin dan Matahari Potensi untuk Pembangkit Energi Terbarukan di Indonesia

0
62
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: istimewa

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Para pemimpin dalam teknologi dan pengembangan energi terbarukan menyampaikan ide strategis terbaru yang berpotensi menghadirkan solusi dalam menjawab sejumlah tantangan masalah energi dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, pada hari Rabu (29/11).

The Asian Renewable Energy Hub (AREH) adalah suatu usulan untuk proyek pembangkit tenaga angin dan matahari berkapasitas hingga 6-gigawatt di wilayah Pilbara, Australia Barat yang bisa memasok produksi tenaga listrik energi ke Indonesia melalui kabel elektrik bawah laut. Saat ini, proyek AREH ini sedang dikembangkan oleh satu tim yang terdiri dari beberapa perusahaan, yaitu CWP Energy Asia dan InterContinental Energy (pemimpin pengembang proyek energi terbarukan) dan Vestas (pemimpin solusi energi berkelanjutan dunia).

Meskipun listrik yang dihasilkan akan berasal dari Australia, tetapi peralatan yang akan menghasilkan sumber daya angin dan matahari akan dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, proyek ini bisa menciptakan pekerjaan terampil terbaru, teknologi tinggi dan terbaru, memperbaharui rantai pasokan lokal dan teknologi serta transfer ilmu pengetahuan.

Pada tahun 2025, proyek AREH akan mampu menyediakan tenaga listrik yang bisa diandalkan dan memiliki harga terjangkau, sehingga bisa mendukung upaya Indonesia untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dan memenuhi target energi terbarukan Indonesia. Selain itu, AREH Juga bisa membantu mengatasi tantangan terkait pasokan energi jangka panjang, yaitu dengan adanya kalkulasi harga listrik yang stabil secara jangka panjang, karena tidak dibutuhkan biaya lagi untuk pemanfaatan tenaga angin dan matahari, termasuk tidak perlu adanya perhitungan pembayaran emisi karbon.

Proyek ini berada di lokasi yang memiliki sumber daya angin dan matahari yang luar biasa sehingga mampu menghasilkan energi terbarukan dengan daya dan volume besar, secara stabil dan dengan biaya yang kompetitif. Lokasi proyek AREH yang berdekatan dengan Indonesia, dikombinasikan dengan kemajuan teknologi kabel bawah laut yang mumpuni, memungkinkan transmisi listrik dengan jarak jauh secara hemat biaya. Dengan demikian, ada kesempatan terciptanya jaringan energi terbarukan untuk kawasan Asia Tenggara. Fase pertama proyek AREH diperkirakan memerlukan biaya awal sebesar USD 10 trilliun, dengan fase selanjutnya yang akan memasok energi terbarukan ke negara-negara lain di Asia Tenggara.

Ukuran turbin angin, panel surya beserta peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek ini sangatlah cukup untuk mengakomodasi pembangunan infrastruktur baru di Indonesia, sehingga menciptakan energi terbarukan berbasis industri yang dapat mengurangi biaya pengeluaran energi di seluruh Indonesia, dan membuka ribuan kesempatan kerja.

Setelah selama tiga tahun mengembangkan ide strategis ini, serta memperhitungkan kelayakan proyek, tim proyek AREH kini sedang dalam proses mencari mitra di Indonesia untuk melakukan investasi, konstruksi dan produksi peralatan terkait.

Saat ini, studi terkait pengembangan AREH sedang dilakukan oleh tim yang terdiri dari para mitra dan investor, bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, Australia dan Denmark, sebuah negara yang memiliki pengalaman banyak dalam mengembangkan energi terbarukan. Saat ini, laporan kajian lingkungan proyek ini sedang dikaji di Australia.

Tim yang bekerja untuk proyek AREH memiliki banyak pengalaman dalam hal pembuatan dan pembangunan proyek energi terbarukan di Australia, Indonesia dan di seluruh dunia. Rekam jejak yang telah terbukti ini, ditambah dengan masukan dari para konsultan ahli, mitra teknologi, dan pemegang saham berpengetahuan luas menghasilkan pengembangan dan pembangunan yang strategis secara resmi.

Mitra teknologi yang terdiri dari Prysmian dan Swire Pacific Offshore membantu pelaksanaan kajiankelayakan proyek, dan akan terus terlibat dalam proyek ini. Prysmian adalah pemimpin dalam hal teknologi kabel bawah air, sedangkan Swire Pacific Offshore kontraktor lepas pantai terkemuka di dunia.

“Langkah paling penting dalam pengembangan suatu proyek adalah menemukan lokasi yang tepat,” ujar Alexander Tancock, Managing Director InterContinental Energy.

Lebih lanjut Alexander Tancock mengungkapkan, “Kita telah menghabiskan dua tahun untuk mengeksplorasi kondisi pantai di Barat laut Australia, dan akhirnya kita telah menemukan lokasi yang sangat baik. Dengan luas hampir tiga kali lebih besar dari Bali, tempat ini mempunyai karakteristik geografis dan topografis yang sangat unik, yang dapat menghasilkan sumber daya angin dan matahari yang lebih dari ukuran standar di lokasi tersebut. Sumber daya angin dan matahari juga saling melengkapi, dengan banyaknya matahari di siang hari dan angin kencang di pagi, sore, dan malam hari. Karena ini kita dapat menghasilkan energi di Indonesia dengan harga yang sangat bersaing.”
Sementara itu menurut Alexander Hewitt, Managing Director CWP Energy Asia, “Sumber daya angin dan matahari, jika disinergikan, mempunyai potensi yang sangat besar untuk menyediakan energi terbarukan yang dapat diandalkan dan dengan harga yang bersaing lintas daerah.”

Lebih lanjut Alexander Hewitt menjelaskan bahwa dengan peningkatan kemampuanpemindahan energi dengan jarak jauh, penghubung energi terbarukan di Asia merupakan proposal menarik untuk Indonesia – tidak hanya untuk pasokan energi tetapi juga untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.

“Dengan makin kompetitifnya biaya energi terbarukan dibandingkan dengan bahan bakar fosil, maka energi terbarukan menjadi lebih menarik sebagai sumber listrik, kesempatan kerja serta investasi,” ujar Clive Turton, President Vestas Asia Pacific.

Clive Turton yakin bahwa AREh bisa ikut bersaing dalam waktu jangka panjang. “AREH bisa bersaing secara jangka panjang sebagai pasokan energi yang hemat biaya. Proyek ini juga bisa menjadi dasar untuk pengembangan teknologi energi terbarukan di Indonesia, yang bisa mendorong investasi, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah rantai pasokan lokal.” (Pam)

LEAVE A REPLY