Efisiensi Produksi dalam Industri Trafo di Indonesia

0
222
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: pam

Jakarta, www.geoenergi.co.id – Proyek pembangunan listrik 35.000 MW yang digagas pemerintah memberikan angin segar bagi pelaku bisnis turunannya dan termasuk produsen transformator. Apalagi keberadaan listrik tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat dalam menunjang segala aktifitas. Karena saat ini listrik sudah menjadi kebutuhan masyarakat dan juga pelaku industri yang terus berkembang hal itu menumbuhkan pasar yang luas bagi perusahan trafo.

Untuk memenuhi kebutuhan di atas, maka dibutuhkan inovasi dalam teknologi dan infrastruktur guna menunjang efisiensi. PT Sintra Sinarindo Elektrik bekerjasama dengan Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI) menggelar seminar untuk mengedukasi para anggota HAEI. Menurut Direktur PT Sintra Sinarindo Elektrik, Yohanes Purnawan Widjaja, pihaknya dan HAEI untuk mengedukasi anggota HAEI dalam memproduksi transformator yang lebih efisien dalam produknya seperti bahan baku, proses produksi, desain dan pemakaian.

“Saat ini bahan baku dalam dalam pembuatan transformator masih banyak bergantung pada impor. Ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha bagaimana bisa menciptakan bahan baku dari dalam negeri. Sehingga mampu menekan biaya produksi,” katanya saat Konferensi Pers di Hotel Bidakara, Kamis, 15 Desember 2016.

Ditambahkan Yohanes, pihaknya masih mengimpor bahan baku dari Jepang, Korea, dan China. Hal ini dilakukan bukan karena tidak bisa atau tidak ingin menambahkan bahan lokal. Tetapi kendalanya karena bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi transformatormemang masih belum tersedia di Indonesia.

Yohanes mengakui pula bahwa bisnis transformator sangat menjanjikan apalagi jika dikaitkan dengan program listrik 35.000 MW. Selain proyek dari pemerintah atau PLN itu, proyek listrik dari pihak swasta seperti properti, pertambangan, perminyakan, perkebunan juga terbuka sangat luas. Memang diakui oleh Yohanes, pihaknya Pt Sintra masih lebih banyak mengurusi proyek PLN sekitar 70 persen dan swasta sekitar 30 persen. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pihaknya juga akan memenuhi atau menambah bisnis ke pihak swasta.(pam)

LEAVE A REPLY