PLN : Kami Lakukan Berbagai Upaya agar Bumi Cendrawasih Terang Benderang

0
194
Share on Facebook
Tweet on Twitter

Jayapura, www.geoenergi.co.id – Mengingat pengoperasian dan pemeliharaan suatu pembangkit listrik merupakan salah satu faktor yang penting dalam terselenggaranya suatu penyediaan listrik kepada masyarakat, langkah ini dinilai sangat tepat untuk mewujudkan Bumi Cendrawasih Terang.

“Tantangan terbesar dalam melistriki wilayah Papua dan Papua Barat, antara lain kondisi geografis yang berupa pegunungan dan hutan serta terbatasnya infrastruktur transportasi yang menyebabkan tingginya biaya operasi seperti biaya angkut bahan bakar yang jauh lebih besar dari harga rupiah per kWh (kilo Watt hour),” jelas Haryanto W.S, Direktur Bisnis Regional Maluku & Papua.

Sebagai contoh, biaya pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) untuk Kab. Mamberamo Tengah sebesar Rp 31.173 per liter, yang berarti biaya produksi listrik per kWh di Kab. Mamberamo Tengah sebesar Rp 10.167,-/kWh atau 900% dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat.

“Konsentrasi kami saat ini adalah bagaimana mengaliri listrik di 14 kabupaten di Papua dan Papua Barat. Walaupun ada banyak kendala di sana, terutama infrastruktur dan transportasi, kami yakin masalah tersebut akan teratasi tentunya dengan bantuan Pemda setempat,” ucap Haryanto.

Terkait anggaran, untuk lima kabupaten yang akan dialiri listrik oleh PLN pada tahun ini, PLN mengestimasi bakal menyedot bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 8.713.115 liter per tahun. Padahal ongkos angkut BBM-nya per liter Rp1.500–2.547 per liter.

“Biaya operasional untuk lima kabupaten, yaitu Kabupaten Raja Ampat, Pegunungan Arfak, Deiyai (Provinsi Papua Barat); Kabupaten Teluk Wondama, dan Yahukimo (Provinsi Papua) yang akan teraliri listrik tahun ini nilainya Rp 55,8 miliar. Padahal nilai jualan listriknya hanya Rp 28,58 miliar per tahun,” sebut Haryanto.

Jika ditotal untuk 14 kabupaten yang akan dialiri listrik oleh PLN, untuk konsumsi BBM-nya per tahun sebanyak 15.755.166 liter dengan biaya produksi Rp 191,9 milyar.

“Nilai jual listrik ke konsumen hanya Rp 49,65 milyar. Untuk biaya angkut BBM sangat tinggi bisa Rp 31.388 per liter. Mengapa tinggi? Karena kita tidak bisa mengangkut BBM melalui jalur darat atau laut. Mau tidak mau lewat udara (pesawat), seperti di Puncak Jaya,” paparnya.

Tingginya biaya produksi tidak menyurutkan PLN ekspansi di Pulau Papua. Bahkan manajemen berencana mengembangkan pembangkit dan distribusi di sini.

“Akan kami cari cara untuk melistriki semua wilayah Papua dan Papua Barat keseluruhannya pada 2020. Tapi tetap mengedepankan standar keselamatan PLN,” tukasnya.

Semua ini dilakukan guna mendongkrak pertumbuhan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat, terutama sektor pariwisata dan perikanan sebagai sektor unggulan di Papua.

Kegiatan melistriki 14 kabupaten merupakan langkah awal PLN untuk melistriki seluruh Bumi Cendrawasih melalui program Papua Terang 2020. Untuk mewujudkan program tersebut, PLN akan melakukan penyambungan rata-rata 110.000 pelanggan baru pertahun.

Regionalisasi di tubuh PLN saat ini sangat membantu dalam proses percepatan pembangunan infrastuktur kelistrikan di Papua, karena lebih fokus dan langsung hadir untuk memecahkan persoalan yang terjadi di Lapangan.

“Mengingat tantangan-tantangan di atas, PLN akan memaksimalkan potensi energi lokal diantaranya potensi energi air, biomassa, dan surya sehingga diharapkan akan mempermudah PLN untuk mewujudkan Program Papua Terang 2020,” pungkas Haryanto. (Pam)

LEAVE A REPLY